Demo Banner 3

Cantik dengan herbal

Wednesday, April 02, 2008

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(M.Badrushshalih)


Latar Belakang

Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Prinsip Utama
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian).

Yang perlu diperhatikan dimana saja kapan saja bila terjadi kecelakaan adalah ABC-nya yaitu: A: airway (jalan napas), B: breathing (pernapasan), dan C: circulation (sirkulasi).

Yang dimaksud jalan napas disini adalah apakah jalan nafas tersumbat atau bebas, sedangkan pernapasan adalah apakah pernapasan ada atau tidak dan sirkulasi adalah melihat apakah sirkulasi darah stabil atau tidak hal ini dapat dinilai dengan memegaang denyut nadi dileher, apakah masih ada atau tidak .

Tindakan yang harus dilakukan sesuai juga dengan urutan di atas, yaitu ABC. Tindakan ini dinamakan juga resusitasi, sebelum melakukan resusitasi ada tiga langkah tindakan yaitu:

1. Penentuan kesadaran: penderita dipanggil. Jika tidak ada jawaban, diketok atau dicubit.
2. Usahakan ambulans, polisi dan pertolongan lain.
3. Terlentangkan penderita agar siap diresusitasi. Perhatikan tulang belakang dan leher. Posisi penyelamat di sisi kanan penderita.

I. Tindakan Resusitasi
A (Airway) Membebaskan jalan napas


Bila penderita tidak bernafas bebaskan jalan nafas. Ada tidaknya nafas terbukti dengan tidak adanya hembusan nafas dari hidung dan mulut.

A. Jalan nafas tertutup oleh lidah dan mungkin oleh pangkal tenggorokan karena lidah jatuh ke belakang.

B. Extensi (dongakan) kepala ke arah belakang sehingga lidah terdorong ke depan. Hindari posisi leher penderita yang tertekuk. Dengan menghindari posisi leher yang tertekuk biasanya napas bisa kembali normal.

Letak rahang (posisi kepala) dipertahankan selama penderita belum sadar.
Perhatikan: bila dicurgai kemungkinan cedera tulang jangan lakukan (hiper)extensi kepala.

B (Breathing) Ventilasi Paru (napas buatan)

Setelah melakukan tindakan A, lakukan kembali penilaian pernafasan. Seperti pada A penilaian pernafasan dilakukan dengan meraba keluarnya udara dari mulut dan atau hidung, dan dengan memperhatikan gerakan pernafasan dada atau perut yang teratur. Jika tidak ada pernafasan setelah jalan nafas bebas (A) tindakan B segera dimulai. Dengan posisi penderita yang sama seperti A lakukan nafas buatan.

Sambil menutup hidung (tangan kiri) dan menahan rahang bawah di depan, hembuskan udara dengan cukup kuat ke dalam jalan napas penderita.

Perhatikan bahwa dada harus mengembang naik dan dada turun sebagai tanda ekspirasi (keluarnya udara) pasif.

Napas buatan gagal bila tidak terdapat tanda ekspirasi pasif. Bila terlihat benda asing di tenggorokkan, maka tindakan berikutnya adalah membersihkan dan membebaskan jalan napas dari benda asing, karena salah satu tanda adanya benda asing adalah gagalnya ekspirasi pasif. Cara mengeluarkan benda asing lihat tulisan “Bila benda asing masuk ke dalam tubuh” pada bagian “Kritis benda asing masuk ke dalam saluran pernafasan. Setelah mengeluarkan benda asing lakukan tindakan berikutnya.

C: Circulation : Peredaran darah

Setelah dilakukan tindakan A dan B atau mengeluarkan benda asing yang masuk kembali periksa pernapasan penderita atau menetukan terhentinya jantung atau tidak.

Penentuan henti jantung dilihat dari tanda-tanda: penderita tidak sadar, tidak ada pernapasan dan tidak ada denyut nadi di leher. Jika diagnosis henti jantung ditegakkan, masase jantung melalui kempaan dada harus segera dimulai (Tindakan C). Tindakan ini jika dilakukan dengan cara yang salah akan menimbulkan penylit-penyulit sebagai berikut : Patah tulang iga, patah tulang dada, hubungan tulang dada dan tulang iga terlepas, pendarahan rongga dada cedera paru dan cedera hati . Sehingga untuk melakukan tindakan resusitasi ini sebaiknya dengan mengikuti kursus resusitasi.

Cara melakukan resusitasi:

Letak dan sikap kedua tangan: di tulang dada bagian sepertiga bawah dengan jari mengarah ke kiri.
Jari tidak boleh menekan dada

Tempat dan sikap penolong: Lengan tegak lurus dengan sendi siku tetap dalam ekstensi (kepala terdongak).
Perlu diperhatikan kempaan dada tidak mungkin, jika alas baring tidak keras.

Bila penderita tetap tidak bernafas dan tidak ada denyut nadi di leher, lakukan gabungan B dan C.

Gabungan antara B dan C dinamakan juga resusitasi jantung paru

Jika ada dua penyelamat buka jalan napas. Napas buatan dilakukan oleh penyelamat pertama, sedangkan masase jantung dilakukan oleh orang kedua. Berturut-turut lakukan lima kempaan dada dan satu napas buatan dengan irama kempaan 60-807/ menit.

Jika hanya ada satu penyelamat, lakukan berturut-turut 10 kempaan dan dua napas buatan. Irama kempaan 60-80/menit dan napas buatan dalam waktu 3 detik.

II. Posisi Sisi Mantap

Setelah penderita kembali siuman, letakkan penderita dalam posisi sisi mantap.

1. Tekuk siku ke arah dalam
2. Balikan tubuh penderita ke samping, tekuk lengan penderita sebelah luar supaya posisinya tetap stabil
3. Angkat kepala penderita ke arah belakang dengan cara memegang kening dan dagunya.
4. Letakkan tangan penderita di bawah pipi untuk menjaga posisi ini. Usahakan posisi mulut tetap terbuka.


look at albadroe

2 comments:

blognya dian sahid said...

info yang bagus untuk penanganan pertama pada kecelakaan

Badroe said...

Dian sahid : terima kasih atas kunjungannya dan semoga bermanfaat

Cari dalam Blog ini

Artikel Terbaru

Belajar Islam Online

  © Free Blogger Templates Columnus by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP